Rabu, 19 Januari 2011

laporan PKL simplisia Akasia Herba


Laporan Lengkap Praktek Kerja Lapangan Farmakognosi I

PEMERIKSAAN SIMPLISIA AKASIA HERBA ( Acacia Auriculiformis Herba ) DAN ETNOFARMASI TANAMAN OBAT ASAL DESA BULUKUNYI KEC.POLEMBANGKENG SELATAN KAB.TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN


UMMY KALTSUM DARWIS
150 209 225
KELAS W4/ KELOMPOK I

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2010
Lembar Pengesahan
LAPORAN INI SEBAGAI SYARAT UNTUK MENGIKUTI UJIAN PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI I DAN TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL, …. OKTOBER 2010
Oleh :
Dosen /Asisten pembimbing

Selfida S.Farm, Apt

Ketua PKL Farmakognosi I

Iskandar Zulkarnain, S.Farm, Apt
Nip. 116 080 884

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Farmakognosi I
Fakultas Farmasi Universitas Muslim  Indonesia


Asni Amin, S.Si, Apt, M.Farm
Nip. 116 020 771


Lembar Penilaian Ujian Komprehensif PKL

Mahasiswa yang tercantum namanya dibawah iini :
                                    Nama             :   UMMY KALTSUM DARWIS
                                    NIM                 :   150209225
                                    Kelas              :   W4
telah diuji dan dinilai oleh dosen/asisten penguji pada Laboratorium Farmakognosi I
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
Pada tanggal 14 november 2010

Dosen / Asisten Penguji (nama dan paraf)                                            Nilai
……………………………………….                                               ………………….
………………………………………..                                              ………………….
………………………………………                                                ………………….
………………………………………                                                ………………….
………………………………………                                                ………………….

Nilai rata-rata            =………………………………………………...
            Dan dinyatakan       lulus / tidak lulus * (coret yang tidak perlu)


ABSTRAK
Ummy Kaltsum Darwis, Pemeriksaan farmakognostik yaitu morfologi, anatomi dan kandungan kimia Akasia (Acacia Auriculiformis) Asal Desa Bulukunyi  Kecematan Polebangkeng Selatan Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan (Dibimbing oleh Selfida S.Farm,Apt).
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan morfologi, anatomi dan identifikasi komponen kimia dengan tujuan untuk mengetahui bau, rasa dan warna yaitu dengan uji organoleptis  dan kandungan kimia yang terdapat pada tanaman akasia seperti flavonoid, saponin, dan polifenol  untuk menunjang pengembangannya sebagai obat tradisional.
                  Penelitian ini berasal dari Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan pada tanggal 24-26 september 2010 di Desa Bulukunyi, Kec, Polembangkeng Selatan, Kab.Takalar, Sulawesi Selatan.









ABSTRACT

Ummy Kaltsum Darwis,  The pharmacognostic assay include morphology, anatomy, and chemical compound identifity with color raction of akasia (Acacia Auriculiformis) collected from Bulukunyi village, Distric of South Polebangkeng Takalar  South . (Under supervisión of Selfida S.Farm,Apt).
This examination to mean for to do examination morphology, anatomy and chemical compound identifity with color reaction that bewitchh for to know smell, feel and color that is organoleptis  and reaction  chemistry that can for of Akasia (Acacia Auriculiformis) example saponin, saponin,glukoside, alcoloid, tannin, dan calcium oxalate, for to support development as traditional medicene.
This examination is from of Practical Work Guide was do it in date, 24-26 September 2010 in Bulukunyi Village, South-Polembangkeng, Takalar, South-sulawesi.  









KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah swt, yang mana telah memberikan kita hidayah, kekuatan, petunjuk, serta kesehatan yang melimpah ruah, sehingga pada hari ini akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan etnofarmasi yang disusun sebagai dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya dan ujian komprehensif farmakognosi 1 ini. Dan tak lupa, kita hanturkan rasa kebersamaan kita, kecintaan kita, kepada Baginda Nabiyullah Muhammad saw,yang mana berkat beliau pulalah ilmu dan amal dalam agama islam dapat dicapai dan dihanturkan, berkat jasa-jasa serta pengorbanan beliau, shalawat serta salam kita tuntunkan beserta kepada keluarga dan para sahabatnya.
Pada kesempatan ini, dibuatlah laporan praktikum farmakognosi 1 dan laporan etnofarmasi sebagai wujud dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya serta ujian komprehensif farmakognosi 1. Adapun hasil yang didapat bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 24-26 september 2010, bertempat di Desa Bulukunyi, Kec.Polembangkeng Selatan, Kab.Takalar, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel serta pemilihannya, diambil berdasarkan pengetahuan, perkembangan sampel, pemilihan identifikasi, serta tempatnya berupa hutan lindung didaerah tersebut. Setelah itu, akan dilakukan penelitian melalui herbarium dan simplisia, berdasarkan morfologi anatomi, kandungan kimia, klasifikasi, serta pemanfaatannya dalam produser obat-obatan.
Pada pembuatan laporan kali ini, tidak akan berhasil tanpa bantuan dari beberapa pihak, antara lain:
-       Asisten pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami, atas ketidaktahuan kami, serta begitu setia mendampingi, membantu terhadap segala macam aspek kesulitan.
-       Orang tua, sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta penggunaan materi, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik.
-       Teman-teman, baik itu sekelas maupun per Angkatan, bahkan dari kakak senior yang begitu berpengaruh dalam membantu serta kita saling membahu dalam menyusun makalah ini.

Di akhir kesempatan ini, kami berharap apa yang telah didapat dari Praktek Kerja Lapangan, Laporan, bahkan Hasil Praktikum pun, akan sangat bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.












DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Penilaian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I              Pendahuluan
1.1         Latar Belakang
1.2         Rumusan Masalah
1.3         Tujuan Penelitian
1.4         Manfaat Penelitian
1.5         Kontribusi Penelitian bagi IPTEK
BAB II             Tinjauan Pustaka
2.1       Tinjauan Tentang Tanaman
            2.1.1   Sistematika Tanaman
            2.1.2   Nama Daerah Tanaman
            2.1.3   Morfologi Tanaman
            2.1.4   Anatomi Tanaman
            2.1.5   Kandungan Kimia Tanaman
            2.1.6   Kegunaan Tanaman
            2.1.7   Bioaktifitas Tanaman
2.2       Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
            2.2.1   Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
            2.2.2   Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognostik
                        2.2.2.1   Identifikasi dan Determinasi Tanaman
                        2.2.2.2   Morfologi Tanaman
                        2.2.2.3   Anatomi Tanaman
                        2.2.2.4   Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
                        2.2.2.5   Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi
2.3       Tinjauan Tentang Sinplisia
            2.3.1   Pengertian Simplisia
            2.3.2   Penggolongan Simplisia
            2.3.3   Cara Pembuatan Simplisia
            2.3.4   Pemeriksaan Mutu Simplisia
2.4       Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
            2.3.1   Penggolongan Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
            2.3.2   Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
            2.3.3   Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia
                        a. Reaksi Warna
                        b. Reaksi Pengendapan
                        c. Kromatografi Lapis Tipis
BAB III            Kerangka Konseptual, Hipotesis, dan Skema Kerja
3.1       Kerangka Konseptual
3.2       Hipotesis
3.3       Skema Kerja
BAB IV           Materi dan Metode Praktikum
4.1       Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum
            4.1.1   Bahan Tanaman
            4.1.2   Bahan Kimia
            4.1.3   Alat
            4.1.4   Instrumen
4.2       Lokasi Praktikum
4.3       Prosedur Praktikum
            4.3.1   Pemeriksaan Farmakognostik
                        4.3.1.1   Identifikasi dan Determinasi Tanaman
                                       4.3.1.1.1   Morfologi Tanaman
                                       4.3.1.1.2   Anatomi Tanaman
                        4.3.1.2   Pemeriksaan Simplisia
                                       4.3.1.2.1   Pengambilan simplisia
                                       4.3.1.2.2   Pembuatan Simplisia
                                       4.3.1.2.3   Pemeriksaan Mutu Simplisia
                                                         a. Organoleptik
                                                         b. Makroskopik
                                                         c. Mikroskopik

            4.3.2   Identifikasi Kandungan Kimia
                        4.3.2.1   Lignin
                        4.3.2.2   Suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan  resin.
                        4.3.2.3   Pati danAleuron
                        4.3.2.4   Lendir dan pectin
                        4.3.2.5   Selulosa
                        4.3.2.6   Zat samak / Tanin
                        4.3.2.7   Turunan Katekol
                        4.3.2.8   Dioksiantrakinon bebas
                        4.3.2.9   Fenol
                        4.3.2.10  Saponin
                        4.3.2.11  Flavonoid
                        4.3.2.12  Karbohidrat
                        4.3.2.13  Glikosida
                        4.3.2.14  Glikosida Antrakinon
                        4.3.2.15  Steroid
                        4.3.2.16  Alkaloida
BAB V                        Hasil Pengamatan
                        5.1       Identifikasi dan Determinasi Tanaman
                        5.2       Morfologi Tanaman
                        5.3       Anatomi Tanaman
                        5.4       Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia
BAB 6             Pembahasan
BAB 7             Penutup
                        7.1       Kesimpulan
                        7.2       Saran
Daftar Pustaka






DAFTAR TABEL

Tabel 1.1        Identifikasi kandungan kimia

Tabel 3.1        Skema kerangka konseptual


Tabel 3.2        Skema Kerja











DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1         Morfologi Tanaman Akasia

Gambar 2.1         Daun Membujur
Gambar 2.2         Daum Melintang
Gambar 2.3         Akar Membujur
Gambar 2.4         Akar Melintang









BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Meskipun pada waktu sekarang banyak obat-obatan yang dibuat secara sintetik, tetapi tidak boleh kita abaikan arti tumbuhan sebagai penghasil bahan yang berkhasiat obat, seperti dapat kita lihat sendiri dari pengobatan, dan boleh dikatakan semua zat tersebut berasal dari tumbuhan, seperti antara lain : penicillin, streptomisin, kloromisetin, dan lain-lain. Kalau kita meninjau banyaknya tumbuhan yang bahannya dipakai dalam obat tradisional oleh mereka yang tak mengenal ilmu pengobatan modern, maka rasanya tinggal dilakukan suatu penyelidikan saja, dan macam-macam bahan tumbuhan itu memang beralasan, meskipun pemakaian dari bahan dasar ilmiah tidak digunakan.
Indonesia merupakan Negara yang agraris yang kaya akan floranya. Dimana flora-flora tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai tanaman hias maupun untuk pengobatan.
Obat-obatan, dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral telah ada jauh lama dari manusianya sendiri, penyakit dari manusia dan naluri untuk mempertahankan hidup setelah bertahun-tahun, membawa kepada penemuan-penemuan.
Penggunaan obat-obatan walaupun dalam bentuk yang sederhana tidak diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum adanya sejarah yang ditulis karena naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air dingin atau menempelkan daun segar pada luka tesebut atau menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan. Orang-orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai.
Semua tanaman obat harus memenuhi persyaratan aman, bermanfaat, dan sudah terstandarisasi agar dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan. Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan adalah akasia.
Akasia (Acacia auriculiformis) merupakan tanaman yang mampu tumbuh dengan cepat pada tanah marginal serta kayunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Akasia merupakan tanaman kayu yang dapat mencapai diameter cukup besar apabila telah mencapai umur tertentu. Tanaman akasia dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang sangat luas, dengan demikian dapat tumbuh dengan baik, hampir disembarang tempat. Sebagai salah satu tanaman yang cepat tumbuh, tanaman akasia telahbanyak tersebar diseluruh pulau di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, karena pohon akasia merupakan pohon yang serba guna mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon akasia adalah batang kayunya. Denga harga yang cukup menggiurkan saat ini akasia banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, papan partikel dan bahan baku industry kertas.
Berdasarkan pada beberapa keistimewaan itulsh tanaman akasia dapat dijadikan sebagai tanaman penghijauan atau sebagai sumber usaha yang cukup menjanjikan. Lebih penting lagi, kayu tanaman akasia memiliki nilai ekonomis tinggi.
Kayu akasia memiliki prospek pasar yang cukup tinggi. Permintaannya bukan hanya di dalam negeri, namun juga datang dari mancanegara. Kayu ini dipergunakan antara lain untuk bahan bangunan, peralatan rumah tangga, sampai pada bahan baku lapis. Menurut Atsumosuseno (1998) dalam Hartati, (2006), kayu akasia memberi kontribusi sebesar 30% dari total konsumsi kayu di Jawa yang pada tahun 1995 mencapai 0,15 m3/kapita/tahun. Perum Perhutani hanya mampu melayani 5% dari seluruh kebutuhan kayu di Jawa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktifitas tanaman tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas.
Hal tersebut tentunya memberikan peluang dan tantangan besar khususnya bagi para pengusaha kayu khususnya di Indonesia untuk mengupayakan pemuliaan dan pembenihan akasia yang mengarah pada peningkatan kualitas dan produksi dengan dihasilkannya bibit yang berkualitas, seragam, dan stabil.

1.2     Rumusan Masalah
1.  Bagaimana mempelajari morfologi dan anatomi tanaman akasia ( Acacia auriculiformis ) serta bagaimana cara identifikasi kandungan kimia secara umum?
2.  Bagaimana cara pengolahan tanaman obat tersebut sehingga bisa dijadikan obat beserta cara penggunaannya?
1.3     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.      Untuk memperoleh data farmakognosi dari tanaman akasia (Acacia  auriculiformis) dan kandungan kimia.
2.      Untuk meningkatkan sifat profesionalisme dari mahasiswa
3.      Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kuliah pada tahun pertama.

1.4     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1.      Dapat memberikan informasi ilmiah tentang morfologi, anatomi, dan kandungan kimia tanaman akasia (Acacia auriculiformis) sebagai obat tradisional.
2.      Dapat memberikan informasi ilmiah tentang tanaman akasia (Acacia auriculiformis) dalam pemanfaatan obat modern.
3.      Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kuliah pada tahun pertama.
4.      Dapat melengkapi dan mengembangkan materi-materi dasar yang telah dipelajari.
1.5     Kontribusi Penelitian bagi IPTEK
Adapun yang dapat di kontribusikan penelitian bagi IPTEK:
1.      Memberikan informasi ilimiah tentang morfologi, anatomi, dan kandungan kimia tanaman akasia (Acacia auriculiformis) sebagai obat tradisional.
2.      Memberikan informasi ilmiah tentang tanaman akasia (Acacia auriculiformis) dalam pemanfaatan obat modern.
3.      Berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran di industri yang relevan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Tinjauan Tentang Tanaman
Acasia auriculiformis yang dalam bahasa inggrisnya disebut brown salwood merupakan jenis tanaman yang sangat mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lahan dan menunjukkan pertumbuhan yang baik meskipun tumbuh pada tanah miring dan mudah tererosi. Jenis ini bersimbiosis dengan tanaman pengikat nitrogen pada marga Rhizobium dengan menjadi sumber nitrogen selain penumpukan yang cukupmenopang pertumbuhannya. Acacia sp. juga memiliki hubungan dengan beberapa jamur, antara lain Thelephora ramariod, Gigaspora margarita, Glomus etunicartum, dan Scutellispora.
Akasia adalah genus dari semak-semak dan pohon yang termasuk dalam subfamily Mimosaceae dari family fabaceae, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika oleh ahli botani Swedia, Carl Linnaeus, tahun 1773. Banyak spesies akasia non-Australia yang cenderung berduri, sedangkan mayoritas akasia Australia tidak. Akasia adalah tumbuhan polong, dengan getah dan daunnya biasanya mempunyai bantalan tannin dalam jumlah besar. Nama umum ini berasal dari akakia, nama yang diberikan oleh dokter –ahli botani Yunani awal Pedanius Dioscorides (sekitar 40-90 masehi) untuk pohon obat A. nilotica dalam bukunya Linnaeus dari jajaran pohon akasia yang paling terkenal di sepanjang sungai Nil. (http://www.akasia.wikipedia  ; 2 oktober 2010)
2.1.1      Sistematika Tanaman        
Sistematika Acacia auriculiformis menurut Davidson (Sari, 2004) adalah sebagai berikut :
Kingdom        :  Plantae
Divisio            :  Spermatophyta
Sub divisio    :  Angiospermae
Class              :  Dicotylodeneae
Ordo               :  Rosales
Familia           :  Fabaceae
Sub familia   :  Mimosaceae
Genus            :  Acacia
Species          :  Acacia auriculiformis
2.1.2         Nama Daerah Tanaman
Adapun nama daerahnya;  akasia, kripikan.
Kerabat dekat : gom arab, srikonta, wartel, kengkeng, pilang, akasia mutiara, akasia mangium, akar kupak.
Nama inggris : earleaf acacia, earpod wattle. (file://G:/Akasia.tanaman obat.htm ; 2 oktober 2010)

2.1.3         Morfologi Tanaman
Habitus                :     pohon, tinggi 15-20 m.
Batang                 :     tegak, bulat, putih kotor.
Daun                    :     majemuk, berhadapan, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung  dan pangkal tumpul, panjang 5-20 cm, lebar 1-2 cm, pertulangan menyirip, hijau.
Bunga                  :     majemuk, berkelamin dua, di ketiak daun, kelopak silindris, benang sari silindris, kepala sari bentuk ginjal, mahkota putih, bentuk seperti kuku, putih.
Buah                    :     polong, masih muda hijau setelah tua coklat.
Biji                        :     lonjong, pipih, coklat
Akar                      :     tunggang, putih kotor.
2.1.4         Anatomi Tanaman
            Jaringan penyusun tubuh tumbuhan terdiri dari jaringan :
1.    Jaringan pelindung /epidermis
Biasanya berupa selapis sel pipih dan terletak pada  permukaan atas dan bawah daun. Pada jaringan ini terdapat kutikula, stomata, dan trikoma.
2.    Jaringan dasar / parenkim (mesofil)
Terdiri dari jaringan tiang (mesofil palisade) berupa jaringan kompak dan rapat yang banyak mengandung kloroplas atau klorofil untuk fotosintesis, dan jaringan bunga karang (mesofil sponge) yang memiliki ruang antar sel yang luas. Pada mesofil seringkali kelenjar sekresi atau jaringan lateks, sel minyak, atau lendir, dan kristal.
3.    Jaringan pengangkutan
Terdiri dari xylem yang mengangkut air dan zat hara dari akar ke daun dan floem yang mengangkut hasil asimilasi keseluruh tubuh tumbuhan.
4.    Jaringan mekanik
Berupa jaringan kolenkim yang menebal pada sudut-sudut sel (pada jaringan muda) dan sklerenkimyang menebal pada seluruh sel. Jaringan ini dijumpai pada bagian tulang daun. (Anonim ; 2009)

2.1.5         Kandungan Kimia Tanaman
Akar, daun, dan buah Acacia auriculiformis  mengandung saponin, di samping itu daun dan  buahnya mengandung flavonoida dan buahnya juga mengandung polifenol. (file://G:/Akasia.tanaman obat.htm ; 2 oktober 2010).
2.1.6         Kegunaan Tanaman
Akasia (Acasia auriculiformis) merupakan tanaman yang mampu tumbuh pada tanah berbatu serta kayunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tanaman jati dan akasia ini biasanya diperbanyak melalui perbanyakan secara generatif, yaitu dengan menggunakan biji, atau diperbanyak melalui perbanyakan secara vegetatif, yaitu dengan mencangkok dan stek. Namun untuk menanggapi permintaan pasar yang semakin meningkat tersebut, perbanyakan dengan cara konvensional tidaklah efektif untuk mendapatkan bibit yang unggul dan seragam dalam waktu yang relatif singkat. Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta yang beralamat di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta dari tanggal 1 Desember 2008 sampai 4 Februari 2009. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara orientasi, observasi, adaptasi dan pelaksanaan PKL.
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon akasia adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini akasia banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, papan partikel dan bahan baku industri kertas.
Berdasarkan pada beberapa keistimewaan itulah tanaman akasia dapat dijadikan sebagai tanaman penghijauan atau sebagai sumber usaha yang cukup menjanjikan. Lebih penting lagi, kayu tanaman akasia memiliki nilai ekonomis tinggi.
Kayu akasia memiliki prospek pasar yang cukup tinggi. Permintaannya bukan hanya di dalam negeri, namun juga datang dari mancanegara. Kayu ini dipergunakan antara lain untuk bahan bangunan, peralatan rumah tangga, sampai pada bahan baku lapis. Menurut Atmosuseno (1998) dalam Hartati, (2006), kayu akasia memberi kontribusi sebesar 30% dari total konsumsi kayu di Jawa yang pada tahun 1995 mencapai 0,15 m3/kapita/tahun. Perum Perhutani hanya mampu melayani 5% dari seluruh kebutuhan kayu di Jawa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produtifitas tanaman tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas.
Hal tersebut tentunya memberikan peluang dan tantangan besar khususnya bagi para pengusaha kayu khususnya di Indonesia untuk mengupayakan pemuliaan dan pembenihan akasia yang mengarah pada peningkatan kualitas dan produksi dengan dihasilkanya bibit yang berkualitas, seragam dan stabil.
Pada umumnya tanaman akasia diperbanyak melalui perbanyakan secara generatif, yaitu dengan menggunakan biji, atau diperbanyakan melalaui perbanyakan secara vegetatif, yaitu dengan mencangkok, stek, dll. Namun untuk menanggapi permintaan pasar yang semakin meningkat tersebut, perbanyakan dengan cara konvensional tersebut tidaklah efektif untuk mendapatkan bibit yang unggul dan seragam dalam waktu yang relatif singkat. Kendala-kendala yang dihadapi dalam perbanyakan secara konvensional diantaranya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengadaan bibit dari mulai benih hingga menghasilkan biji kembali, selain itu dari segi genetik, kualitas bibit yang dihasilkan belum diketahui secara pasti dan tidak seragam. Namun seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, teknik kultur jaringan merupakan alternatif dalam perbanyakan tanaman akasia
Selain itu, akar acacia auriculiformis berkhasiat sebagai obat demam dan obat perut mulas. Obat demam : dipakai  ± 10 gram akar segar Acacia auriculiformis, dicuci, dipotong-potong, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore. (file:///G:/Akasia.giantsbook.htm ; 2 oktober 2010).
2.1.7   Bioaktifitas Tanaman
         Tanaman akasia mengandung saponin disamping itu daun dan buahnya mengandung flavonoida dan buahnya juga mengandung polifenol.
         Akasia bersimbiosis dengan tanaman pengikat nitrogen pada marga Rhizobium dengan  menjadi sumber nitrogen selain pemupukan yang cukup menopang pertumbuhannya. (file:///G/pdf.kultur jaringan tanaman akasia.htm)
2.2. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1. Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
Istilah farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A.Seydler (1815) seorang peneliti kedokteran di Halle Jerman, farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmakon yang  artinya ”obat” dan gnosis yang artinya.
Sedangkan menurut J.A.Schmdit menggunakan istilah farmakognosi sebagai salah satu subjudul dari buku Lehrbrch der Materia Medica yagn diterbitkan di Vienna 1811. Ia mengartikan farmakognosi sebagai pharma (”obat”) dan cognitif (pengenalan), jadi farmakognosi ,merupakan cara pengenalan ciri-ciri/karakteristik obat yang berasal dari bahan alam.
Di Indonesia, bidang farmakognosi menjadi pengetahuan dasar dalam farmasis. Terutama bagi orang pengobat herbalis. Terkadang mereka tidak mengetahui bahan-bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji saga, dan tempe borek. Itulah fungsi bagian dari ilmu farmakognosi. Pada hakekatnya,para pengobat herbalis itulah yang nyata-nyata merupakan praktisi farmakognosi yang pertama.
2.2..2  Ruang lingkup PemeriksaanFarmakognostik
            2.2.2.1     Identifikasi dan Determinasi Tanaman (Steenis, 1997)
                                                     Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi tanaman, berdasarkan uraian tanaman secara lengkap melalui pendekatan hubungan kekerabatan (suku dan genus), nama daerah, alat-alat khusus yang terdapat pada tanaman tersebut tempat tumbuh. Untuk mempermudah determinasi tanaman dilakukan herbarium khusus.
                                         Herbarium adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara kering dan cara basah,sesuai dengan namanya herbarium kering disimpan dalam keadaan kering. Sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
                                         Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan mengumpulkan seluruh bagianj tanaman yang utuh (akar, batang dan daun) termasuk bagian-bagian khusus tanaman seperti bunga, buah dan biji.

2.2.2.2         Morfologi Tanaman (gembong tjitrosoepomo, 1985)
                                  Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian pesat perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar atau morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan.
                                Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal bentuk dan susunan tubuh yang demikian tadi. Selain dari itu morfologi harus pula dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka ragam itu.
 2.2.2.3        Anatomi Tanaman
                                Pengetahuan dari anatomi tumbuhan ini, mencakup tentang ilmu yang merangkum uraian organ, susunan,bagian atau fungsi dari organ tumbuhan itu,pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi meliputi berkas pembuluh, stomata serta fragmen pengenal jaringan serbuk yang khas guna mengetahui jenis-jenis simplisianya yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, atau serbuk pada bagian-bagian tanaman (akar, batang, dan daun).
2.2.2.4         Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
                                                      Tabel 1.1 Identifikasi kandungan kimia
Uji
pereaksi
Pustaka
Lignin
Floroglusin P + HCl P,diamati dibawah mikroskop.
Dinding sel merah.
Tanin:
a.    Katekol

b.    Pirogalotanin

Larutan Brom
Larutan FeCl3 1 N
Larutan FeCl3 1 N
Larutan Brom

Endapan
Hijau
Biru
Tidak terjadi endapan.
Dioksiantrakinon
KOH 10%
Etanol
Merah
Fenol
FeCl3
Biru – Hitam
Alkaloida
Mayer bouchard
+ HCl 0,5 N
Endapan putih
Steroid
Lieberman –
Boucard
Merah /
Merah jambu
Karbohidrat
Serbuk + air, disentrifuge, + Molish + alfanaftol + HCl 20%
Cincin Ungu
Pati dan Aleuron
Iodin 0,1 N
Biru (pati)
Kuning cokelat (aleuron)
Saponin
Serbuk + air panas (kocok) ® berbuih + HCl 2 N
Buih tidak hilang
                    
                                







2.2.2.5         Pemeriksaan mutu dan Standarisasi (Amin, 2007)
                     Identifikasi, meliputi pemeriksaan :
                             - Organoleptik : berupa bau, warna, dan rasa dari bahan simplisia
- Makroskopik : memuat uraian makroskopik paparan mengenai bentuk ukuran warna, dan bidang patahan/irisan.
- Mikroskopik : memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia.
- Tetapan fisika : meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titiklebur, rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
- Kimiawi : meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman,logam dan kompleks.
- Biologi : meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan
2.3. Tinjauan Tentang Simplisia
2.3.1. Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
2.3.2. Penggolongan Simplisia
      Simplisia terbagi atas 3 golongan yaitu :
1.   Simplisia nabati 
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa
zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/ diisolasi dari tanamannya.

2.    Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3.    Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhan dan belum berupa bahan kimia murni.
2.3.3. Cara Pembuatan Simplisia
      Adapun tahap-tahap proses pembuatan pembuatan simplisia meliputi  (Gunawan, 2004 ) :
1.    Pengumpulan bahan baku
            Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam hal ini adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut :
Ø    Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah.

Ø    Buah
Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatam kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak, setelah benar-benar masak atau dengan cara melihat perubahan warna./bentuk dari buah yang bersangkutan.
Ø    Bunga
Panen bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah mulai mekar.
Ø    Daun
Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.
Ø    Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau.

Ø    Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.
Ø    Rimpang
Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.
Ø    Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan terhadap akar umumnya akan mematikan tanaman yang bersangkutan.
2.    Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap :
Ø    Tanaman kerikil
Ø    Rumput-rumputan
Ø    Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan,
Ø    Bagian tanaman yang rusak (dimakan ular dan sebagainya).

3.       Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air yang berasal daru beberapa sumber yakni mata air, sumur dan PAM.
4.    Pengubahan Bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini meliputi :
Ø    perajangan untuk rimpang, daun dan herba.
Ø    Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu dan biji-bijian yang ukurannya besar.
Ø    Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dari bonggolnya.
Ø    Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu dan ranting.
Ø    Penyerutan untuk kayu.

5.    Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan :
Ø    Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.
Ø    Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.
Ø    Memudahkan dalam hal pengelolaan proses, selanjutnya (ringkas,mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu :
Ø    Waktu pengeringan. Semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan itu.
Ø    Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di dalam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.
Ø    Kelembapan udara disekitarnya dan kelembapan bahan atau kandungan air dari bahan.
Ø    Ketebalan bahan yang dikeringkan.
Ø    Sirkulasi udara.
Ø    Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan bahan semakin mudah kering.
6.     Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan, atau dibersihkan dari kotoran hewan.


7.       Pengepakan dan Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah :
Ø    cahaya
Ø    oksigen atau sirkulasi udara
Ø    reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah.
Ø    Penyerapan air
Ø    Kemungkinan terjadinya proses dehidrasi.
Ø    Pengotoran atau pencemaran, baik yabg diakibatkan oleh serangga, kapang, bulu-bulu tikus atau binatang lain.

Sementara persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai berikut:
Ø    Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain.
Ø    Tidak beracun bagi bahan yang wadahinya maupun bagi manusia yang mannganinya.
Ø    Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga.
Ø    Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan kandungan kaif
Ø    Mampu melindungi bahan simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen, dan uap air.
2.3.4  Pemeriksaan Mutu Simplisia
                    Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam buku-buku resmi seperti Materia Medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan Ekstra Farmakope Indonesia.

2.4  Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
        2.3.1     Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
            Akasia adalah genus dari semak-semak dan pohon yang termasuk dalam subfamily Mimosaceae dari family fabaceae, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika oleh ahli botani Swedia, Carl Linnaeus, tahun 1773. Banyak spesies akasia non-Australia yang cenderung berduri, sedangkan mayoritas akasia Australia tidak. Akasia adalah tumbuhan polong, dengan getah dan daunnya biasanya mempunyai bantalan tannin dalam jumlah besar. Nama umum ini berasal dari akakia, nama yang diberikan oleh dokter –ahli botani Yunani awal Pedanius Dioscorides (sekitar 40-90 masehi) untuk pohon obat A. nilotica dalam bukunya Materia Medica. Nama ini berasal dari kata bahasa Yunani karena karakteristik tanaman Akasia yang berduri (akis, “duri”). Nama spesies nilotica diberikan oleh Linnaeus dari jajaran pohon akasia yang paling terkenal di sepanjang sungai Nil. (http://www.akasia.wikipedia  ; 2 oktober 2010)
            Sampai dengan tahun 2005, ada diperkirakan sekitar 1300  spesies akasia diseluruh dunia,sekitar 960 dari mereka adalah flora asli Australia, dengan sisanya tersebar didaerah tropis ke daerah hangat dan beriklim sedang dari kedua belahan bumi, termasuk Eropa,Afrika selatan, dan Amerika. Namun, genus ini kemudian dibagi menjadi lima, dengan nama Acacia hanya digunakan spesies Australia, dan sebagian besar spesies di luar Australia dibagi menjadi Vachellia dan Senegalia. (http://www.shoutmix.com ; 2 oktober 2010)
        2.3.2     Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
                                    Acacia auriculiformis  merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada tanah berbatu serta kayunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisi media kultur jaringan Akasia menggunakan komposisi media MS (Murashige dan Skoog)  yang digunakan untu inisiasi dan multiplikasi dan ditambah dengan Zat Pengatur Tumbuh.   
        2.3.3     Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia
a.    Reaksi Warna
Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia (Uji Histokimia). Terdiri dari :
Lignin, Suberin, Kutin, Minyak lemak, Minyak atsiri, Getah dan resin, Pati dan aleuron, Lendir dan pectin, Selulosa, Tannin, Dioksiantrakinon bebas, Fenol, Saponin, Flavanoid, Karbohidrat, Glikosida, Glikosida antrakinon, Steroid.
b.    Reaksi Pengendapan
-       Alkaloida
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan diatas tangas air selama 2 menit, dinginkan, dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji :
a)    Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
b)    Tambahkan dua tetes Bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.
c.    Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis adalah salahsatu teknik pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorbsi dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorban (penyerap) atau disebut fase diam dan eluen berupa campuran beberapa atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.




BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA

3.1     Kerangka Konseptual
                      Obat tradisional             Akasia                  aktivitas farmakologi
                Indonesia                                               pembersih darah
 


                                           Pemeriksaan      
                                           Farmakognosi                   Bioaktivitas    Praklinik
                                                                                              Invitro dan invivo

        
                                            Kandungan Kimia
                                            dan Identifikasi
                                            Kemotaksonomi
 



                                            Pengembangan
                                            Obat tradisional
                                                dan Fitofarmako


                 Tabel 3.1 Skema kerangka konseptual





3.2     Hipotesis
                    Kandungan kimia akar, daun, dan buah Acacia auriculiformis mengandung saponin, disamping itu daun dan buahnya mengandung flavonoida dan buahnya juga mengandung polifenol. Berkhasiat sebagai obat demam dan obat perut mulas        .
Pengumpulan Sampel Darat / Laut

Pemilihan Sampel yang Akan Digunakan
Pembuatan Herbarium Kering
Pengawetan Sampel Darat / Laut Dengan Formalin
Pengujian Anatomi dan Morfologi Sampel Darat
Pengeringan Sampel Darat
Pengujian Identifikasi Sampel Darat
Pengujian Anatomi dan Morfologi Sampel Laut
Inventarisasi Simplisia
3.3    Skema Kerja














Tabel 3.2  Skema Kerja     



BAB IV
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

4.1    Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum
         4.1.1   Bahan Tanaman
          Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini sampel Acacia auriculiformis  (Tanaman Akasia)
4.1.2   Bahan Kimia
©                        Ammonia 10%
©                        Asam sulfat
©                        Aquadest
©                        Benzena
©                        Brom
©                 Etanol
©                        Formalin,                                          
©                        FeCl3 P                                             
©                        HCl + meyer bouchardt
©                        Iod 0,1 N
©                        KOH 10 %                                        
©                        Liebermen bouchardt
©                        N-butanol
©                        N-heksan
©                        Metil orange
©                        Pereaksi Molish
©                        Sudam III
©                        α-naftol
©                        ZnSO4

4.1.3   Alat
©                        Botol semprot
©                        Botol Coklat
©                        Cawang porselin
©                        Cutter
©                        Deg gelas
©                        Gegep Kayu
©                        Handscoon
©                        Kompor listrik
©                        Mikroskop
©                        Objek gelas
©                        Penjepit
©                        Pinset
©                        Pipet tetes
©                        Plat tetes
©                        Pot plastik
©                        Rak tabung
©                        Sendok tanduk
©                        Silet gold
©                        Sipiritus
©                        Tabung reaksi

4.1.4      Instrumen
                                          Instrumen atau cara praktikum ini disesuaikan dengan jurnal praktikum tentang pembuatan simplisia dan pembuatan herbarium kering maupun basah.

4.2       Lokasi Praktikum
                        Adapun lokasi praktikum ini dilaksanakan adalah di Lingkungan UjungBori, Desa Bulukunyi, Kecamatan Polebamkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dari tanggal 24-26 september  2010.
4.3       Prosedur Praktikum
            4.3.1   Pemeriksaan Farmakognostik
             Pemeriksaaan morfologi tumbuhan dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari akar, batang, dan daun dari tanaman Akasia (Acacia auriculiformis) kemudian dilakukan pengambilan gambar, dan diidentifikasi lebih lanjut berdasarkan kunci determinasi menurut literatur.
4.3.1.1  Identifikasi dan determinasi Tanaman
4.3.1.1.1    Morfologi Tanaman
                    Pengamatan dilakukan dengan melihat literatur dan jurnal yang ada
4.3.1.1.2      Anatomi Tanaman
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati bentuk sel dan jaringan pada tumbuhan pada bagian penampang melintang dan membujur dari akar, batang dan daun dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan simplisia kering serbuk untuk melihat fragment-fragment dari tanaman Akasia (Acacia auriculiformis) yang digunakan untuk obat.
4.3.1.2  Pemeriksaan Simplisia
              4.3.1.2.1    Pengambilan Simplisia
                                 Pengambilan Sampel, bahan penelitian berupa daun, batang, dan akar dari tanaman Akasia (Acacia auriculiformis). Diambil pada jam 09.00 pagi di Desa Bulukunyi, Kecamatan Polebamkeng Selatan, Takalar, Sulawesi Selatan.
              4.3.1.2.2    Pembuatan Simplisia
 Pengolahan Bahan, Bahan penelitian berupa daun yang telah diambil, dikeringkan dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung, setelah kering dipotong-potong kecil.

4.3.1.2.3    Pemeriksaan Mutu Simplisia
                                 a. Organoleptik
Pemeriksaan organoleptis tumbuhan dilakukan untuk mengamati warna, bau, dan rasa dari bagian tanaman Akasia (Acacia auriculiformis)  yang masih segar meliputi akar, batang, dan daun.
b. Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tanaman dilakukan untuk mengamati mengenai bentuk ukuran, warna dan bidang irisan dari tanaman Akasia (Acacia auriculiformis).
c. Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik tanaman dilakukan untuk mengamati paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia Akasia folium, dan Akasia fructus.
4.3.2   Identifikasi Kandungan Kimia
            4.3.2.1  Lignin
 Irisan atau serbuk dibasahi dengan larutan Fluroglusin P. Diperiksa dalam HCl P, dinding sel yang berlignin akan berwarna merah.

4.3.2.2   Suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin
               Bahan yang akan diperiksa diletakkan diatas kaca objek, gambarkan beberapa tetes Sudan III LP, bahan dapat dijernihkan dengan kloralhidarat LP, kecuali bahan yang mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai-48menit dalam bejana tertutup yang didalamnya terdapat cawan berisi etanol 90% P. Bagian yang mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin berwarna jingga.
Uji adanya sterol dengan reaksi Liebermann Burchard :sepuluh tetes minyak lemak atau 0,5 g adeps lanae dilarutkan dalam 5 ml kloroform, tambahkan asam cuka anhidrida 1 liter dan asam sulfat pekat 2 tetes dengan hati-hati. Campur dan amati warna yang terjadi ! reaksi positif yang terjadi warna hijau zamrud.
4.3.2.3   Pati dan Aleuron
               Tambahkan iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa, pati berwarna biru, dan aleuron berwarna kuning coklat sampai coklat.
4.3.2.4   Lendir dan pectin
               Letakkan serbuk atau bahan diatas kaca objek, ditambahkan beberapa tetes Merah Ruthenium Lp, tutup dengan kaca penutup biarkan selama 15 menit, lendir asam dan pectin berwarna merah intensif.
4.3.2.5   Selulosa
               Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium, memberikan warna ungu merah.
4.3.2.6   Zat samak/Tanin
a. Pirogalotanin
©      Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3, menghasilkan warna biru.
©      Sampel dibasahi dengan larutan Brom, tidak terjadi endapan.
©      Serbuk ditambahkan dengan NaOH, jikamengandung tannin akan menghasilkan warna merah coklat.
4.3.2.7   Turunan katekol
©      Sampel ditambahkan larutan Brom, akan terjadi endapan.
©      Sampel dibasahi dengan FeCl3 1 N, menghasilkan warna hijau.
©      Letakkan bahan atau serbuk diatas kaca objek ditambahkan larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol 90% P, dalam asam klorida P,bagian yang mengandung turunan katekol berwarna merah intensif.
4.3.2.8   Dioksiantrakinon bebas
Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan Kalium Hidroksida etanol LP, warna merah.
4.3.2.9   Fenol
               Mikrosublimasi dilakukan dengan cara serbuk dalam vial dilarutkan dengan air, dan ditutup dengan objek gelas dan diatas objek gelas diberi kapas, dipanaskan hingga menyublin.
a.    Hasil mikrosublimasi tambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP, terjadi warna biru.
b.    Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobenzensulfonat LP, terjadi warna biru.
c.    Ekstrak methanol ditambahkan :
v  Larutan besi (III) klorida 1%, terbentuk warna ungu biru
v  Pereaksi Millon, terbentuk warna merah ungu.
v  Pereaksi Indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil.
4.3.2.10 Saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih, lalu tambahkan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang maka sampel mengandung saponin.
4.3.2.11 Flavonoid
               Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa dengan 10 ml methanol dengan alat pendingin balik selama 10 menit, saring panas, encerkan filtrate dengan 10 ml liter air, setelah dingin tambahkan eter minyak tanah, kocok hati-hati, biarkan. Ambil lapisan methanol, uapkan pada suhu > 40o C dibawah tekanan, sisa dilarutkan dalam 5 ml liter etanol 95% P, tambahkan 0.1 g serbuk magnesium P dan 10 ml liter asam klorida P, jika terjadi warna merah jingga-merah ungu berarti ada flavanoid dan jika kuning jingga terdapat flavon, kalkon, dan auron.
4.3.2.12 karbohidrat
Serbuk dikocok dengan air lalu dimasukkan dalam tabung reaksi ditetesi :
a.      Pereaksi Mollish, jika mengandung karbohidrat akan menghasilkan cincin ungu.
b.      Pereaksi Luff, jika mengandung karbohidrat akan menghasilkan endapan merah.
c.      Pereaksi Fehling A dan Fehling B, jika mengandung karbohidrat akan menghasilkan endapan kuning jingga.
4.3.2.13 Glikosida
Ekstrak methanol dimasukkan dalam 3 tabung reaksi, dan ditambahkan :
©            Larutan besi (III) klorida 3 ml dan 1 ml  asam klorida P, terjadi warna coklat kemerahan perlahan berubah menjadi violet atau ungu.
©            Pelarut benzen 5 ml, pisahkan larutan benzene ditambahkan 3 ml larutan ammonia 10%,terbentuk warna merah pucat.
©            Larutan ammonia encer 3,5% lalu dikocok terjadi warna merah lembayung.
4.3.2.14 Glikosida Antrakinon
               Dicampur 200 mg serbuk simplisia dengan 45 ml asam sulfat encer P, dididihkan sebentar, didinginkan,tambahkan 10 ml benzene P, kocok, diamkan. Pisahkan lapisan benzene, saring, filtrat berwarna kuning, menunjukkan adanya antrakinon. Kocok lapisan benzene dengan 1-2 ml NaOH LP, diamkan, lapisan air berwarna merah intensif, dan lapisan benzene tidak berwarna.
4.3.2.15 Steroid
    Ekstrak eter dalam tabung reaksi kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Buchard jika mengandung steroid akan menghasilkan warna biru sampai hijau.
                        4.3.2.16 Alkaloida
Timbang 500 ml serbuk simplisida,tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan diatas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada 2 kaca arloji :
©         Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan menggumpal berwarna putih.
©         Tambahkan 2 tetes Bouchardat LP pada kaca arloji ke-2 , terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.





















BAB V
HASIL PENGAMATAN

5.1       Identifikasi dan Determinasi Tanaman
                        Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi tanaman, berdasarkan uraian tanaman secara lengkap melalui pendekatan hubungan kekerabatan (suku dan genus), nama daerah, alat-alat khusus yang terdapat pada tanaman tersebut tempat tumbuh. Untuk mempermudah determinasi tanaman dilakukan herbarium khusus.

                        Adapun determinasi dari tanaman akasia dengan family Fabaceae adalah:
1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15a, 109b, 119b, 120a, 121a, 146b, 154a, 245a, 266a, 286b, 288a, 289b.

5.2       Morfologi Tanaman
Habitus                :     pohon, tinggi 15-20 m.
Batang                 :     tegak, bulat, putih kotor.
Daun                    :     majemuk, berhadapan, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung  dan pangkal tumpul, panjang 5-20 cm, lebar 1-2 cm, pertulangan menyirip, hijau.
Bunga                  :     majemuk, berkelamin dua, di ketiak daun, kelopak silindris, benang sari silindris, kepala sari bentuk ginjal, mahkota putih, bentuk seperti kuku, putih.
Buah                    :     polong, masih muda hijau setelah tua coklat.
Biji                        :     lonjong, pipih, coklat
Akar                      :     tunggang, putih kotor.
Gambar 1.1 : Morfologi Tanaman Akasia




5.3       Anatomi Tanaman
           
            Gambar 2.1 : Daun membujur


           
            Gambar 2.2 : Daun melintang

           
            Gambar 2.3 : Akar membujur
                       

           
            Gambar 2.4 : Akar melintang




5.4       Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia
                        Setelah melakukan percobaan praktikum dengan mengidentifikasi kandungan kimia simplisia, didapat hasil berupa :
Uji identifikasi meliputi :
-       Pati dan Aleuron : dengan menambahkan larutan Iodium 0,1 N, menghasilkan warna kuning kecoklatan. Maka akasia mengandung aleuron.
-       Dioksiantrakinon : menambahkan KOH 10% tambah Etanol manghasilkan warna merah. Maka menunjukkan, bahwa akasia mengandung dioksiantrakinon.
-       Saponin : serbuk ditambah dengan air panas sampai berbuih dengan tinggi ± 10 cm, ditambahkan HCl, kocok, buih tidak hilang. Maka menunjukkan mengandung saponin.
-       Flavonoid : serbuk ditambahkan FeCl2 dan HCl P menghasilkan warna merah. Maka menunjukkan bahwa akasia mengadung flavonoid.
-       Suberin, kutin, minyak atsiri, minyak lemak : ditambahkan sudan III ditambah kloralhidrat dan diamati dibawah mikroskop. Maka didapat pada dinding sel serbuk akasia menghasilkan warna merah. Menunjukkan bahwa akasia mengandung minyak atsiri. Karna jika berwarna jingga maka mengandung suberin,kutin atau minyak lemak.

BAB VI
PEMBAHASAN

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan,mineral, atau sediaan galeriknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan. Obat tradisional juga dikatakan campuran kompleks dari ekstrak tanaman dan insekta berbentuk amorf atau padat yang dibentuk dalam ruang-ruang zkizogen dan zlikozigen.
Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu, mudah diperoleh atau didapatkan, harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali.
Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya, penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.
Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah, mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional.
Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolongan–penggolongan dari tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat tradisional.
            Adapun hasil dari pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa tanaman bandotan mengandung beberapa kandungan kima seperti; aleuron, dioksiantrakinon, saponin, flavonoid, dan minyak atsiri. Ini menunjukkan bahwa dari hasil pengamatan dengan hasil literature, adalah benar dan sama. Berarti tidak dapat dipungkiri bahwa, sesuai dengan literature, akasia mengandung obat yang dapat menyembuhkan penyakit demam, dan perut mulas. Jika diteliti lebih lanjut terutama batang pohonnya, pada literature mengatakan bahwa pohon akasia termasuk pohon jati atau sejenisnya yang tercepat dalam pertumbuhannya. Alangkah baik dan bijak seandainya, masih ada waktu untuk meneliti, bahwa faktor apa saja,tekandung apa, sehingga batangnya dapat dengan mudah tumbuh dibandingkan dengan pohon yang lainnya. Sehingga ini dapat menjadi acuan dan penambahan dalam bertambahnyan hutan lindung di Indonesia, terutama pohon-pohon untuk dipinggir jalan yang semakin berkurang dan mengkhawatirkan, baik pula untuk mengurangi dampak globalisasi saat ini, membantu dalam peningkatan ozon untuk menghindari efek rumah kaca. Jadi, manfaatnya bukan hanya sebagai obat, tetapi juga dalam masalah global yang sedang mengancam.
            Akasia merupakan tanaman perdu yang memiliki juga,percepatab untuk gugur (daundan buahnya). Buahnya yang unik serta manfaatnya yang masih kurang diteliti. Karna hanya sedikit saja literature yang membahas masalah tanaman akasia. Serta penelitian dari praktikan sendiri masih terbatas. Semoga suatu saat dapat menambah modal bagi ilmu pengetahuan dalam masyarakat dan bangsa selanjutnya.








BAB VII
PENUTUP

7.1       Kesimpulan
1.            Tanaman bandotan merupakan tanaman perdu yang memiliki banyak manfaat,                mulai dari batang, daun hingga buahnya.
2.            Memilki anatomi yang baik, dan mempunyai stomata bertipe anomositik.
3.            Mengandung kandungan kimia yaitu : minyak atsiri, kurkumin, diaksiantrakinon, saponin, dan flavonoid. Ini menunjukkan bahwa, hasil praktikum denga literature adalah sama dan benar.

7.2       Saran
   Diharapkan dalam praktikum maupun penyampaian tentang praktikum, serta tugas-tugas pembuatan dalam praktikum, agar disampaikan secara jelas dan riil, agar praktikan dapat dengan mudah dan efisien dalam menjalankannya.





DAFTAR PUSTAKA

1.    Amin, A., 2005., Penuntun Praktikum Farmakognosi, Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
2.    Attamimi., 2003., Wawasan Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar.,
3.    Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. PN Balai Pustaka; Jakarta.
4.    Depdiknas RI. 1985. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI;
Jakarta.
5.    Mirawati., 2005., Penuntun Praktikum Farmaseutik, Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
6.    Sastronoamidjojo., 2001., Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta.
7.    Tjay Tan Hoan., 2002., Obat-obat penting Edisi V, PT. Elex Media Komparindo,Jakarta.
8.    (http://www.akasia.wikipedia  ; 2 oktober 2010)
9.    (file://G:/Akasia.tanaman obat.htm; 2 oktober 2010)
10. (file://G:/Akasia.giantbooks.htm ; 2 oktober 2010)
11. (file:///G/pdf.kultur jaringan tanaman akasia.htm)
12. (http://www.shoutmix.com ; 2 oktober 2010)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar